Katakamidotcom News Indonesia

Please also visit : KATAKAMIDOTCOMNEWSINDONESIA.BLOGSPOT.COM

Kenanglah Ann Dunham Obama, Pahlawan Kemanusiaan Tanpa Tanda Jasa

FILM OBAMA ANAK MENTENG, KADO BURUK UNTUK OBAMA DI HARI KEMERDEKAAN AMERIKA

Obama Elegan Wujudkan Impian Ras Hitam Terbelakang

Jakarta 20/3/2010 (KATAKAMI) Siapa sih yang tidak mengenal secara baik sosok Barack Hussein Obama ? Bertahun-tahun sebelum ia duduk di Gedung Putih, kiprahnya di dunia perpolitikan Amerika sudah mengangkat namanya.

Tetapi, siapakah (diluar keluarga intinya) yang bisa mengenal secara sama baiknya sosok Stanley Ann Dunham (ibu dari Barack Hussein Obama) ?

Orang hanya mengkaitkan nama Stanley Ann Dunham sebagai orang yang paling berpengaruh dan paling berarti dalam diri serta kehidupanBarack Hussein Obama.

Tidak banyak yang tahu bahwa sesungguhnya sosok Stanley Ann Dunham, sudah lebih dulu berkiprah secara nyata di Indonesia. Walau memang, tidak secara khusus berkelana di panggung-panggung politik.

Di Indonesia ini, Ann – panggilan Stanley Ann Dunham – pernah tinggal sangat lama. Terutama setelah perkawinan pertamanya dengan pria keturunan Kenya (Barack Obama Senior, red) kandas.

Cintanya yang tertaut pada seorang pria Indonesia (Lolo Soetoro, red) , menjadi jalan pembuka bagi Ann untuk mengenal, datang, tinggal, bekerja dan akhirnya begitu mencintai Indonesia secara total.

Ann memang memiliki dan menjalani karier profesionalnya di Indonesia.

Antara bulan Januari 1968 sampai Desember 1969, Ann bekerja sebagai Asistem Direktur Lembaga Indonesia – Amerika di Jakarta.

Photo : Barack Hussein Obama (Sr) dan Stanley Ann Dunham sedang menggendong Obama (Jr)

Bulan Januari 1970 sampai Agustus 1972, Ann adalah Direktur LembagaPendidikan & Pengembangan Manajemen yang tugas utamanya adalah melakukan supervisi penerbitan buku-buku pendidikan dan manajemennya.

Tahun 1977, Ann kembali ke Jakarta dan bekerja sebagai Instruktur di Balai Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Setahun kemudian yaitu tahun 1978, ia menjadi Konsultan di Kantor Perwakilan International Labour Organization (ILO) di Jakarta.

Tahun 1978 – 1980 juga, Ann menjadi Konsultan pembangunan pedesaan USAID di Departemen Perindustrian RI. Di masa menjadi Konsultan USAID inilah, Ann aktif mengunjungi desa-desa terpencil di pedalaman Pulau Jawa untuk secara khusus membantu KAUM PEREMPUAN yang miskin.

Tahun 1981 – November 1984, Ann menjadi Supervisor Program Pemberdayaan Perempuan di FORD FOUNDATION ASIA TENGGARA yang memiliki kantor perkawinannya di Jakarta.

Kemudian tahun 1988 (setelah bekerja di Asia Development Bank atau ADB di Pakistan), Ann kembali ke Jakarta dan menjadi Koordinator Riset dan Konsultan di Bank Rakyat Indonesia.

Ia turun langsung melakukan pelatihan-pelatihan karyawan di 7 provinsi dan membantu skema mikro kredit bagi rakyat miskin dan menganalisa data-data.

Pekan ini, nama Stanley Ann Dunham mendadak jadi “terkenal” di Indonesia.

Pertama karena semua media massa mengulas siapa dan bagaimana Ann – menjelang kunjungan kenegaraan Presiden Obama ke Indonesia tetapi akhirnya Gedung Putih mengumumkan kembali bahwa rencana kunjungan itu ditunda karena Presiden Obama mau tak mau harus tetap berada di negaranya untuk sebuah urusan domestik yang sangat penting bagi Amerika yaitu “mengawal” proses legislasi” RUU Kesehatan (Health Care Reform).

Kedua, nama Ann disinggung karena pada pekan ini jugalah diadakan sebuah seminar internasional yang membahas disertasi Stanley Ann Dunham yang berjudul Pendekar-Pendekar Besi Nusantara (Kajian Antropologi Tentang Pandai Besi Di Indonesia).

Pendekar – Pendekar Besi Nusantara


Photo : Pembicara Utama & Peserta Seminar Internasional Ann Dunham (18/3/2010)

Seminar internasional yang diberi judul “Ann Dunham Soetoro dan Ekonomi Kerakyatan” ini telah berhasil dilaksanakan hari Kamis (18/3/2010) lalu di Jakarta.

Teguh Santosa, Pemimpin Redaksi Situs Berita Rakyat Merdeka Online) yang merupakan “junior Ann” di University Of Hawaii at Manoa (UHM), patut diberi apresiasi dan aplaus yang meriah atas inisiatif dan kepeduliannya memperkenalkan sosok Ann Dunham Soetoro – tanpa harus mendompleng nama besar Obama sebagai Presiden Terpilih AS –.

Dalam seminar internasional itu juga, dibagian secara gratis buku terjemahan dalam Bahasa Indonesia Disertasi Ann Dunham.

Atas peran dari Teguh Santosa jugalah – berkaitan dengan seminar internasional tadi – didatangkan seorang pembicara penting dari Hawaii yaitu PROFESOR ALICE DEWEY.

Kemudian, ikut menjadi pembicara adalah sahabat dekat Almarhum Stanley Ann Dunham yaitu JULIA SURYAKUSUMA, La Ode Ida (Dewan Perwakilan Daerah) dan Wartawan Senior Kompas Budiarto Shambazy.

Hadir dalam acara ini Aktor Ikranegara dan isteri, Melly G. Tan, Pakar Komunikasi Effendi Gazali, Pakar Politik Adhie Massardi dan lain-lain,

Prof Alice yang memiliki nama berbau Indonesia yaitu SURATMI ini, adalah Ketua Komite Ph.D bagi Ann Dunham.

Datang jauh-jauh dari Hawaii ke Indonesia untuk menjadi pembicara utama dalam seminar internasional itu, Alice yang masih sangat sehat walafiat dan begitu energik di usia 81 tahun – memang merupakan sosok yang paling berperan dalam kehidupan Ann Dunham ketika menjalani dan akhirnya meraih title Ph.D dari University Of Hawaii.

Harus diakui bahwa sosok Ann Dunham memang belum begitu dikenal di Indonesia.

Seperti yang sudah diungkap di bagian atas tulisan ini, Ann Dunham mendadak jadi perhatian hanya karena anak kesayangannya menjadi Presiden Amerika.

Dan pekan ini, sosok Ann Dunham memang diminati media massa untuk menjadi konsumsi pemberitaan adalah semata-mata karena faktor rencana kunjungan kenegaraan Presiden Barack Obama.

Padahal kalau mau jujur, Ann Dunham jauh lebih pantas untuk dibahas sebagai “dirinya sendiri” dengan seluruh karya dan nilai-nilai kepejuangannya di Indonesia.

Ann Dunham adalah seorang INDONESIANIS.

Ia disebut sebagai seorang INDONESIANIS, bukan karena ia menikah pada pernikahan keduanya dengan Pria Indonesia yang bernama LOLO SOETORO.

Pernikahan kedua dengan Pria Indonesia itu hanya menjadi “entry point” bagi Ann Dunham untuk mengenal, mencintai, berkarya dan mengabdikan diri pada nilai-nilai kemanusiaan yang diberikan secara tulus kepada Indonesia.

Photo : Prof. Alice Dewey

Dalam kata perngantarnya pada buku Disertasi Ann Dunham, Profesor Alice Dewey menuliskan sebagai berikut  :

“Pada tahun 1967, Ann Dunham (dikenal juga sebagai Ann Soetoro) pindah ke Indonesia dengan putranya Barack Obama (dari pernikahan pertamanya) dan suaminya yang beretnis Jawa, Lolo Soetoro. Saat itu, Ann sudah mendapat gelar B.A dari University of Hawaii dalam bidang Antropologi dan merupakan penenun yang mahir. Oleh karena itu, mudah dipahami mengapa Ann sangat tertarik pada keaneka-ragaman cultural Indonesia dan pada berbagai kerajinan, terutama batik yang elegan dan kain tenun ikat”.

Selanjutnya Profesor Alice Dewey menuliskan juga :

“Ann berkenalan dengan penduduk desa, terutama pada pengrajin. Ann tidak hanya menghargai kompleksitas kerajinan, tetapi juga nilai ekonominya sebagai sumber pendapatan. Ann melakukan banyak sekali penelitian di Indonesia dalam beragam kerajinan tadi, terutama mencakup kerajinan besi, kain (batik, tenun ikat dan sebagainya), kulit (wayang kulut dan lain sebagainya), keramik (peralatan dapur dan patung) dan keranjang”.

Apa sebenarnya yang menarik dari sosok Ann Dunham ?

Photo : Lolo Soetoro, Ann Dunham, “Barry” Obama & Maya Soetoro

Apakah karena ia menikah dengan seorang Pria Indonesia – sehingga perjodohan antar bangsa yang sangat menyentuh hati ini – membawa Ann menjadi sangat mengabdikan dirinya pada nilai-nilai kemanusiaan dalam penelitian dan seluruh perjalanan kariernya di Indonesia ? Apakah karena Ann Dunham menjadi ibu dari seorang Presiden Amerika ?

Hal utama yang membuat Ann Dunham sangat pantas untuk dikenal dan dikenang di Indonesia – bukan karena ia Ibu dari Presiden Barack Obama — !

Ann Dunham memang pantas untuk dikenal dan dikenang di Indonesia karena ia punya jasa yang nyata. Jasa atau peran yang secara terus menerus dan berkesinambungan telah dilakukan Ann semasa ia tinggal di Indonesia.

Ia turun langsung ke desa- desa, ke pedalaman-pedalaman, ke pelosok-pelosok, dan mendekatkan dirinya secara nyata ke penduduk desa.

https://i0.wp.com/photos-h.ak.fbcdn.net/photos-ak-snc1/v2600/168/49/1324462661/n1324462661_30333769_3172932.jpg

Photo : Wartawan Senior Kompas, Budiarto Shambazy

Kepada KATAKAMI.COM hari Kamis (18/3/2010) di sela-sela Seminar Internasional Ann Dunham Soetoro dan Ekonomi Kerakyatan, Wartawan Senior dari Harian Kompas, Budiarto Shambazy menyampaikan pandangannya tentang sosok Ann Dunham

“Keluarga Obama ini punya tradisi sebagai Keluarga Intelektual. Lihatlah Barack dan Maya, mereka semua Intelektual. Kalau dikategorikan maka Ann ini adalah Indonesianis. Ann ini turun ke bawah, dia datangi Pasar Bringharjo (di DI Yogyakarta), kasongan, kasongan sekarang kita ribut karena industry kasongan maju di Bantul. Sementara Ann sudah menuliskan itu terlebih dahulu puluhan tahun yang lalu” kata Budiarto Shambazy.

Menurutnya, Ann Dunham adalah seorang ilmuwan sejati yang mengakar.

“Ann ini memang seorang aktivis yang aksesnya jauh lebih bagus dari ilmuwan lain yang bisanya cuma duduk di perpustakaan dan wawancara orang. Nah, Ann ini adalah tipikal Indonesianis yang giat bekerja, aktif di bidang yang dia tekuni. Ann itu berhadapan dengan kalangan miskin. Jadi kalau kita mau mengenal Amerika, jangan cuma tahu Amerika karena faktor George Bush doang, atau Holywood doing. Ann ini lho contoh “The Real American”.

Lalu, di mata Budiarto Shambazy yang juga merupakan Pengamat Politik Amerika, sosok Ann Dunham adalah pribadi yang memang sangat mengesankan.

“Ann itu berani melawan zamannya. Dia tidak boleh menikah dengan lelaki hitam tetapi ia lawan. Padahal resikonya besar. Untunglah dia tinggal diHonolulu yang menjadi sarangnya liberal. Ann adalah tipe perempuan pemberani. Setelah pernikahan pertamanya gagal, ia menikah dengan pria Indonesia. Dia tidak pernah dan tidak suka dengan pria-pria bule. Semua ini menunjukkan Ann Dunham berani menerjang badai, melawan arus” lanjut  Budiarto Shambazy.

Budiarto Shambazy juga menambahkan bahwa Ann Dunham adalah layak untuk dihargai.

“Saya pribadi pernah mendengar ini secara langsung di Pasar Bringharjo sana. Masih banyak, penduduk-penduduk desa yang tetap mengenal Ann. Itu tidak bisa dipungkiri. Peran Ann Dunham sangat legendaris disana. Barangkali lebih dari ratusan orang-orang kecil di Pasar Bringharjo sana yang tetap mengingat dan mengenang Ann Dunham. Saya wawancarai penduduk di Paku Alaman sana, mereka semua tetap ingat dan sangat mengenang dengan baik sosok Ann. Mereka tidak pernah melupakan Ann. Ya memang, yang mengenal dan mengenang Ann disana adalah orang-orang tak berdaya, yang tidak punya identitas. Mereka bukan orang-orang terkenal. Tapi disanalah, Ann dikenal dan dikenang secara legendaris selama puluhan tahun ini” ungkap Budiarto Shambazy.

Photo : Barack Obama & Maya Soetoro Ng

Ann Dunham meninggal bulan November 1995 karena kanker indung telur.

Presiden Barack Obama begitu mencintai ibunya.Ini sangat lumrah dan bisa dipahami karena sejak dari usia 2 tahun, Obama (Jr) sudah berpisah dari Sang Ayah.“Saya tahu, Ibu adalah orang yang paling baik, paling murah hati dan saya berutang budi kepadanya untuk hal-hal terbaik dalam diri saya” ungkap Presiden Obama dalam berbagai kesempatan.

Dari buku Dreams From My Father yang ditulis langsung oleh Presiden Barack Obama, Obama mengisahkan bagaimana bentuk-bentuk cerita yang didengarnya dari sang ibu mengenai ayah kandungnya yaitu Obam Sr.

Walau kadang menceritakan sesuatu yang “negatif” tetapi sisi kenegatifan itu adalah sisi humanis yang justru menjadi sangat manis untuk didengar.

Terbukti disini bahwa Ann adalah perempuan yang berhati mulia.

Ann tidak mengajarkan anaknya untuk membenci sang ayah yang telah meninggalkan isteri dan anak semata wayang mereka, hanya demi membela spirit kuat membangun tanah kelahirannya di Afrika.

Sebab dalam banyak kejadian, isteri yang kecewa atas keretakan atau kehancuran rumah tangga tak jarang melakukan “brain-wash” atau “cuci otak” kepada anak-anaknya agar menjauhi, membenci dan melupakan sang ayah.

“Ayahmu adalah pengemudi yang mobil yang buruk,” ibuku menjelaskan kepadaku. “Dia sering mengemudi di jalur sebelah kiri, sebagaimana orang Inggris mengemudikan mobilnya, dan kalau kau memberi komentar, dia hanya akan menggerutu tentang aturan orang Amerika yang tolol !” (termuat pada halaman 26).

Dan salah satu mata rantai dari kehidupan Obama yang diuraikannya dalam buku Dream From My Father adalah sosok ayah tirinya yaitu Lolo Soetoro dan kisah masa kecilnya saat hidupselama beberapa tahun di Indonesia.

https://i0.wp.com/ecx.images-amazon.com/images/I/51ZNJAN94RL.jpg

Dalam buku Dreams From My Father juga tergambarkan dengan sangat amat jelas, bagaimana dasar-dasar yang kuat dibentuk Ann Dunham dalam kepribadian Obama.

“Kami tinggal di Indonesia selama tiga tahun waktu itu, sebagai hasil dari pernikahan ibuku dengan seseorang berkebangsaan Indonesia bernama Lolo, mahasiswa lain yang ditemui ibuku di Universitas Hawaii. Nama lelaki itu berarti “gila” dalam bahasa Hawaii, yang membuat Kakek selalu tertawa geli. Namun, arti nama tersebut tidak sesuai untuk lelak itu karena Lolo memiliki tingkah laku yang baik dan lemah lembut terhadap orang lain. (termuat dalam halaman 53).

Salah satu yang cukup menarik dalam buku ini – sekaligus yang cukup menggelikan – adalah saat Obama mengisahkan bagaimana kakek dan neneknya sangat sibuk membantu persiapan Ann Dunham dan Obama Junior pindah ke Indonesia.

“Toot (yang artinya Tutu atau dalam bahasa Kenya diartikan sebagai panggilan kepada Nenek) masih saja bersikeras agar kami membawa koper yang penuh dengan perbekalan tang, susu bubuk, berkaleng-kaleng sarden. “kau tak pernah tahu mereka itu makan apa,” ujarnya tegas. Ibuku menghela napas, namun Toot memasukkan beberapa kotak permen agar aku lebih membelanya daripada Ibu (termuat dalam halaman 54).

Dan di bagian berikutnya dalam buku ini yang sangat menarik adalah saat Obama menceritakan juga bahwa semasa ia tinggal di Indonesia ini, ia pernah dibuat sampai benjol dilempar oleh teman mainnya yang bercurang curang. Akibat kejadian yang sangat tidak adil pada anak tirinya itu, Lolo Soetoro mengajarkan kepada Obama kecil cara melindungi diri dengan belajar atau latihan TINJU.

https://i0.wp.com/www.hawaiimagazine.com/images/content/Obama_bids_farewell_to_grandmother/Obama2sp.jpg

Photo : Obama di South Shore, Oahu, Hawaii

Presiden Obama juga menyebutkan bahwa salah satu barang bawaan kesayangannya sebagai kandidat Presiden Amerika adalah foto tebing di South Shore, Oahu, Hawaii, tempat abu ibunya di tebarkan.

Jika seorang anak, secara tulus mengenang ibu yang melahirkan dirinya, maka itu adalah sesuatu yang sangat amat wajar dan manusiawi.

Tetapi kita yang berada di Indonesia, kadang kala terlambat atau bahkan enggan untuk mengenang dan tulus memberikan penghargaan kepada pihak lain yang sesungguhnya berjasa secara nyata.

Stanley Ann Dunham berjasa pada Indonesia.

Ann memang tidak berjasa secara lahiriah pada elite-elite politik Indonesia di zamannya.

Ann juga tidak berjasa pada panggung-panggung kekuasaan di Indonesia.

http://brianakira.files.wordpress.com/2008/06/stanley-soetero-obamas-mother-helping-the-poor-brown-folks1.jpg

Photo : Ann Dunham akrab dan rajin mengunjungi para pengrajin di pedesaan

Jasa Ann, terasa nyata justru pada orang-orang kecil, pada akar rumput dan pada kalangan miskin yang hina, tak berdaya dan sungguh terpinggirkan oleh tangan-tangan kekuasaan di Indonesia.

Ketika penguasa di Indonesia secara arogan dan sombong mengabaikan dan meminggirkan betapa mendesak untuk secara nyata memperhatikan, menolong, mengurus dan membantu rakyat kecil di desa-desa, pedalaman-pedalaman dan di berbagai pelosok daerah di Indonesia, Ann Dunham justru melakukannya secara tulus dan NYATA.

Rakyat kecil di desa-desa, di pedalaman-pedalaman dan di berbagai pelosok daerah di Indonesia — yang pernah mengenal secara langsung dan ditolong oleh Ann Dunham — tentu menempatkan dan menyimpan nama Ann di dasar hati serta memori diri mereka secara istimewa.

Mereka mengenang Ann Dunham, bukan karena Ann Dunham adalah ibu dari seorang Presiden Amerika.

Photo : Ann Dunham di Lombok (NTB)

Mereka mengenang Ann Dunham karena belasan atau puluhan tahun yang lalu, perempuan kelahiran Kansas 29 November 1942 ini pernah menjadi bagian dari lembaran kehidupan mereka yang pedih, perih dan serba berkekurangan pada potret-potret kemiskinan yang seakan sudah menjadi pemandangan standar di Indonesia.

Jadi kalau sekarang, sebagian orang mencoba mengenal dan mengenang Ann Dunham — hanya karena faktor keberadaan Ann Dunham sebagai Ibu dari Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama — maka  semua itu hanyalah fatamorgana.

Sia-sia.

Kenang, Kenanglah Stanley Dunham, sebagai pejuang kemanusiaan di Indonesia.

Ann Dunham memang pejuang kemanusiaan bagi orang-orang kecil, rakyat yang miskin, kaum perempuan yang tak berdaya dan tersakiti serta akar-akar rumput yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia.

Ann Dunham adalah pejuang kemanusiaan tanpa tanda jasa.

Itulah sebabnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak perlu repot-repot dan sok berbaik hati ingin menganugerahkan BINTANG TANDA JASA kepada sosok Stanley Ann Dunham.

Seperti yang disampaikan Menteri Perikanan & Kelautan Fadel Muhammad saat secara “mendadak” ingin sekali berbicara dan ingin membuka Seminar Internasional Ann Dunham Soetoro & Ekonomi Kerakyatan (18/3/2010 lalu), Presiden SBY sedang “mempertimbangkan” agar pada saat Jamuan Makan Malam Kenegaraan saat kunjungan Presiden Obama ke Indonesia maka Presiden SBY atas nama PEMERINTAH INDONESIA akan menganugerahkan BINTANG TANDA JASA kepada Stanley Ann Dunham.

Tetapi ternyata angan-angan dan ambisi Presiden SBY itu kandas.

Sebab Gedung Putih sudah secara resmi mengumumkan bahwa Presiden Barack Obama menunda kembali untuk yang kedua kalinya rencana kunjungan kenegaraannya ke Indonesia. Penundaan pertama dilakukan bulan November 2009 lalu.

Penundaan kunjungan kenegaraan Presiden Obama itu lebih disebabkan karena Presiden Obama memang harus berkonsentrasi pada proses legislasi RUU Kesehatan (Health Care Reform) yang akan di voting pada akhir pekan ini. PEMERINTAH INDONESIA juga tidak perlu repot-repot paduan suara untuk membela diri dan menyelamatkan muka.

Ada yang ngoceh, penundaan ini bukan karena masalah terorisme.

Ada yang juga yang mengatakan bahwa penundaan ini justru karena saran Presiden SBY.

Elite-elite pemerintah ini seakan bermulut besar semua dan terkesan kalap untuk menyelamatkan muka.

Bikin malu saja !

Kalau memang Presiden SBY yang sangat ambisius memanfaatkan jasa-jasa Stanley Ann Dunham untuk dipamerkan di hadapan Presiden Obama ini menyadari pentingnya kerjasama dengan Amerika Serikat maka lakukanlah dulu hal-hal penting yang terbaik untuk rakyat Indonesia.

Kurangi angka kemiskinan dan jangan buat rakyat yang miskin ini menjadi tambah MISKIN !

Tidak usah repot-repot memamerkan batik koleksi Ann Dunham semasa hidupnya, dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.

Tidak usah repot-repot memerintahkan POLRI untuk agresif dar der dor sana dar der dor sini atas nama penanganan terorisme.

Tidak usah repot-repot mau mengekspolitasi peran dan jasa Stanley Ann Dunham semasa mengabdikan dirinya secara total di Indonesia sebagai aktivis, peniliti dan pejabat organisasi internasional yang berpengaruh di Indonesia.

Sebab Stanley Ann Dunham sudah dari dulu dan sudah lebih dulu dianuheragi gelar pahlawan kemanusiaan di hati rakyat kecil yang tak berdaya — yang dulu secara terus menerus diperhatikan, ditolong, dibantu, dibela dan diberdayakan oleh Ann Dunham.

Pahlawan kemanusiaan tanpa tanda jasa ini, tidak membutuhkan BINTANG TANDA JASA dari Presiden SBY.

https://i0.wp.com/i530.photobucket.com/albums/dd341/samosa13/animation58jr.gif

Yang pasti diinginkan oleh Ann Dunham adalah bela, perhatikan, tolong, berdayakan dan cintailah rakyat kecil itu secara nyata dan tak berkesudahan.

Yang pasti diinginkan oleh Ann Dunham adalah berikan pengabdian yang terbaik dan totalitas dalam melayani orang-orang kecil yang tak berdaya — yang hidupnya penuh kehampaan, kemiskinan dan kemelaratan.

Ia pasti tidak butuh TANDA JASA yang formal dan penuh sarat dengan kepentingan politik negara (Indonesia).

Ia pasti tidak butuh TANDA JASA yang mendadak hendak diberikan — hanya karena ingin mencari muka dan terkesan sok perhatian kepada sosok Ann.

Tirulah hal baik yang sangat membanggakan,  yang dulu pernah dilakukan Ann Dunham di Indonesia.

Tirulah hal-hal yang sangat manusiawi, yang dulu pernah dilakukan Ann Dunham di Indonesia.

Sebab Stanley Ann Dunham, — sekali lagi, adalah benar seorang Pejuang Kemanusiaan Tanpa Tanda Jasa.

Terimakasih Ibu Ann, untuk cinta, pengorbanan dan pengabdian anda yang sangat menyentuh hati untuk Indonesia. Untuk rakyat kecil yang sampai sekarang mengingat dan mengenang anda secara di tulus di desa-desa, di pelosok-pelosok dan di berbagai pedalaman Indonesi.

Sungguh, kami berterimakasih Ibu Ann.

(MS)